Friday, September 25, 2015

Binatang & Kesehatan Bayi

Benarkah memelihara hewan bisa membuat si kecil belajar tanggung jawab? Bagaimana penyakit ditularkan oleh hewan, apakah tidak berbahaya bagi si kecil? Lalu bagaimana jika si kecil suka hewan?

Sebagai orangtua, terkadang kita heran melihat tingkah bayi-bayi jika sedang bermain binatang kesayangannya. Bahkan ada bayi menangis tersedu-sedu diketika binatang kesayangannya mati. Ada hubungan unik antara bayi & binatang.

Mengapa Suka Hewan?
Barangkali Kita memiliki bayi suka memelihara hewan tertentu. Padahal Kita sendiri tidak suka. Entah itu kucing, anjing, kelinci, hamster, ayam memang sudah biasa dipelihara. Atau bahkan binatang-binatang tak lazim seperti ular, iguana, monyet, tikus, bahkan… bayi macan.

Selain lucu, bulunya halus, bentuk wajahnya iut, sebenarnya secara psikologis ada beberapa hal membuat bayi-bayi suka memelihara hewan. Olin Eugene Myers, Jr., seorang psikolog dari Western Washington University, Amerika Serikat mengatakan, ada beberapa faktor menentukan interaksi antara bayi hewan.


A. Reaksi Positif


Reaksi bayi terhadap binatang tergantung respon awal mengenai binatang tersebut. Ini tentu saja akan dibisa bayi dari lingkungannya. Diketika seorang bayi ‘berkenalan’ binatang itu cara positif, misalnya seekor bayi kucing lucu & lincah tiba-tiba mendekati bayi Anda. Kemudian mereka akrab bercanda, si kucing juga nurut dibelai-belai, maka respon positif telah tertanam pada diri bayi Anda. Maka jika bayi Kita kemudian berniat memelihara kucing, Kita jangan heran.

Namun diketika kucing tesrebut tiba-tiba galak lalu mencakar bayi Kita hingga berdarah, & bayi Kita menangis kesakitan sampai ia ketakutan jika dekat kucing, maka telah terjadi respon negatif. Bayi Kita tak akan lagi mau mendekati kucing, apalagi memeliharanya.

Diketika Kita mengajak bayi-bayi ke kebun binatang, tanpa disadari sebenarnya Kita telah menanamkan ‘kesan’ kepada bayi-bayi. Padahal mungkin tujuan Kita hanya ingin memperkenalkan binatang pada mereka. Respon positif bayi-bayi terhadap binatang itulah mendorong hatinya untuk mencintai binatang.

B. Tubuh Hewan Unik


Tubuh binatang lebih kecil dari tubuh bayi, bentuk badannya unik, bulu halus atau tingkahnya lucu membuat bayi-bayi Kita ‘jatuh cinta’. Secara keseluruhan mereka bisa membelainya, menggendongnya & menciuminya. Akhirnya bayi akan menemukan kesenangan lain. Berbeda jika mereka membelai boneka sekali pun itu boneka binatang.

Semakin mereka merasakan kesenangan membelai tubuh biantang kesayangannya, semakin mereka merasakan ada sesuatu ‘ikatan’ binatang kesayangannya itu. Mereka merasakan keunikan dari binatang itu.


C. Ekspresi Balik


Diketika bayi Kita membelai, mencium & memeluk binatang kesayangannya itu, tentu saja si binatang ikut merasakan betapa ia disayang. Si binatang juga akan memberikan respon balik gerak-geriknya. Diketika ia dibelai-belai, binatang itu akan diam manja. Diketika ia diajak bercanda, ia akan senang meloncat-loncat. Itulah ekspresi balik binatang melalui feeling-nya.

D. Saling Berinteraksi
Kucing ini membujuk bayi untuk berhenti menangis:

Diketika seorang bayi telah punya kesan positif & merasa telah menbisakan ‘sesuatu’ dari hewan peliharaannya itu, bayi akan menganggap binatang peliharaannya sebagai ‘teman’. Mereka saling berinteraksi satu sama lain. Bayi punya rasa kepedulian & tanggung jawab menjaga binatang kesayangannya itu & si binatang seolah-olah merasa punya ‘hutang budi’ pada tuannya.

Benarkah Bermanfaat?
Bayi Jadi Lebih Peduli:


Secara psikologis, bayi memelihara binatang jadi lebih peduli, lebih bertanggung jawab, juga lebih sayang. Tampaknya memelihara binatang ada sisi positifnya. Berdasarkan hasil penelitian, berteman hewan mengajarkan bayi tanggung jawab, mendorong tumbuhnya kepedulian, rasa solidaritas, pertemanan, keamanan, kenyamanan & sarana menyalurkan kasih sayang.

Beberapa bayi bahkan menggunakan binatang peliharaannya sebagai teman ketika mereka bosan, kesepian, atau diketika sedang sedih. ahkan beberapa negara telah menggunakan binatang sebagai sarana terapi bagi bayi-bayi yagn sulit menjalani hubungan orang lain. Tapi, kata Myers, sebaiknya tidak memilih hewan-hewan tidak lazim seperti ular, iguana atau bayi macan, kecuali orangtua memang sudah memeliharanya lebih dulu. Jadi, biarkanlah bayi-bayi Kita memelihara binatang kesukaannya.

Jika Bayi Kita Memelihara Binatang



Pastikan bahwa binatang akan dipelihara bukan binatang buas & bebas dari penyakit. Bawalah binatang tersebut ke dokter hewan untuk memastikannya. Secara berkala bawalah binatang tersebut ke dokter hewan untuk memastikan bahwa binatang itu sehat.

Ajari bayi Kita untuk selalu menjaga kebersihan binatang peliharaannya. termasuk di mana binatang itu mengeluarkan kotoran, makan & sebagainya.

Mintalah bayi untuk memberi sendiri makan & minum binatang kesayangannya. Tegaskah bahwa itulah konsekuensi jika ingin memelihara binatang.

Tekankan pada mereka bahwa binatang hanya ‘jembatan’ bagi mereka untuk bisa lebih baik bersosialisasi orang lain


Sumber 
Diskusi lebih lanjut di SINI

No comments:

Post a Comment